top of page
Search
Writer's picturevitaminds institute

Kesehatan Mental, Anak Tiri bidang Keilmuan

"Genteng rumah bocor.. bisa sih mungkin..kita sendiri yang benerin.. Tapi kan ada tukang.. dia lebih ngerti lagi gimana2nya, apa yang harus dilakuin.. Panggil tukang aja dehh.."


"Alhamdulillaah anak Khatam Al-Qur'an.. mau bikin acara syukuran.. bisa sih masak sendiri, masakan bikinan sendiri yaa lumayaan.. Eh tapi kan ada catering, yaa mereka sih kan udah profesional kan, mending pesen catering aja ah, simpel."


"Asikk dapet kain seragaman buat Kondangan.. mau diapain ya bajunya ini.. Jahit sendiri?? boro2 dah jahit lurus aja jadinya miring2.. ke tukang jahit aja semua beres"


"Alhamdulillaah dapet rejeki bangun rumah baru.. banyak banget nih kepengenan buat arsitektur rumah.. Bisa ga ya bikin sendiri? Mungkin bisa sih.. tapi nanggung deh ke arsitek aja deh konsul biar puas n sekalian bagus rumahnyaa"


Vitaminds.. kejadian-kejadian di atas merupakan representasi dalam kehidupan sehari-hari, bahwa dalam berbagai hal, terdapat suatu hal yang disebut ranah keahlian/keilmuan.

Ranah keahlian/keilmuan, untuk menjadi seorang ahli atau yang memiliki kapabilitas di dalamnya, tentulah membutuhkan belajar, latihan, bahkan bisa jadi pendidikan khusus, kemudian terdapat pula pengalaman dalam bidang tersebut dalam waktu yang tidak sebentar. Demikianlah analogi ranah keilmuan.


Anehnya, dalam bidang-bidang tersebut di atas, orang merasa untuk datang ke ahlinya adalah hal yang lumrah saja. Bahkan sudah tahu betul bahwa lebih baik ke mereka saja.

Terkadang kita mampu melakukan hal-hal keilmuan tersebut sendiri, tapi ada kalanya pula kita butuh bantuan, dan untuk itu hal yang terbaik adalah mendatangi ahlinya.


"Bertanyalah kepada ahli ilmu jika kamu tidak mengetahui" (Al-Hadits)


Lalu kenapa ya, sebetulnya pasti aneh, kalau mau bertanya terkait hal-hal yang bersifat ranah kejiwaan (atau belakangan ini dikenal dengan Psikologi; yang memang mencakup hal-hal yang luas dalam pemahaman kehidupan), orang-orang enggan bertanya, enggan meminta masukan, bahkan.. sampai merasa malu. Aneh..bin teramat ajaib.


Padahal.. seandainya kita mau menyederhanakannya, sama saja dengan mau pesen catering, atau seperti contoh2 yang tersebut di atas, memangnya kenapa kalau kita sesekali minta bantuan kepada ahlinya.


Yaa ga harus sering2 juga sih.. tapi berkonsultasi kepada ahli, semestinya adalah hal yang dapat kita pilih secara sadar, dengan harapan, apa yang ingin kita lakukan itu dikerjakan oleh pihak profesional, yang memiliki pengetahuan, yang memiliki keahlian terkait dalam mengatasi masalah yang kita alami.


Masalahnya.. ruwetnya.. masalah Jiwa memang tidak terlihat. Padalah.. dialah yang terpenting. Permasalahan pada Jiwa.. memang sering sekali diabaikan.. Padahal seperti halnya elemen apapun dalam diri manusia, ia membutuhkan perawatan.


Bayangkan, jika sehari saja kita tidak mandi misalnya.. atau seminggu aja deh.. se-bau itu kan kita, ya.. se kotor itu..


Lalu jiwa, jiwa kita tidak kita bersihkan..

Berapa hari sekali kita membersihkan jiwa kita dengan sadar.. dengan upaya "Pembersihan Jiwa"..

Entah berapa kali yang kita sadari selama beberapa tahun??


Karenanya tidaklah mengagetkan, mentalitas kita, atau kejiwaan kita, kebanyakan rapuh, lemah, tidak indah, bahkan cenderung berpenyakit.

Why oh why??

Sangat jelas.. karena kita tidak memberikan perawatan kepadanya..

Bahkan kita mengabaikannya, dengan alasan malu..


Saat dia sudah berteriak sakit, kita bahkan menganggap dia tidak ada.. sehingga terkena pula lah fisik kita sebagai imbas dari jiwa bergejolak yang kita abaikan saja.


Sungguh.. sungguh kasihan perihal Kesehatan Jiwa ini.. Seakan-akan seperti anak tiri..

Dia anak sih.. tapi tidak dianggap.

Dia anak sih.. tapi yaa bukan anak sebenarnya.. biarlah dia dengan berbagai dinamikanya, kita abaikan saja dia :(


Padahal.. si anak tiri ini anak yang baik..

Ibarat kata mungkin dia adalah Cinderella yang menyamar menjadi Upik Abu..

Saat diabaikan, kita pikir dia hanya pembantu.. padahal saat dipoles, ia adalah Sosok Tuan Putri yang Anggun, Cantik, dan penuh dengan Kharisma dan Kebijaksanaan.


Karenanya.. mengapakah kita tega meng anak tirikan Jiwa di dalam hidup kita?


Mulailah rangkul dia.. rawat dia..

Dia juga memiliki hak dalam hidupmu..


Dan lihatlah saat dirimu merawatnya dengan baik, dia akan menjadi sosok yang penuh dengan keajaiban.. yang indah dan cantik.. yang akan membawa semburat-semburat kebahagiaan dalam kehidupanmu..


Karenanya, janganlah ragu untuk merawat jiwamu.. berikan ia treatment yang khusus.. sebagaimana engkau menyadari untuk benar-benar merawat tubuhmu..

Sadari keberadaannya, dan pahami bahwa ia adalah bagian dari keutuhan dirimu..

Kesehatannya adalah kebahagiaanmu yang menjadi utuh dan hakiki..


Kemudian.. saat dirimu teramat lelah, teramat banyak hal yang kamu hadapi sehingga habis energimu, dan tidak mampu kau menghadapi suatu permasalahan lagi.. janganlah ragu untuk meminta pertolongan kepada orang yang mampu merawat jiwamu..

Kenapakah harus malu yang menghalangimu..

Kasihan sekali malu itu.. yang selalu digunakan untuk menjadi argumentasi alasan untuk tidak melakukan hal yang benar.


Sadarilah..

Mengapa engkau harus malu meminta pada tukang untuk membenarkan atap rumahmu. Atau mengapa harus malu untuk pesan makanan ke catering saat butuh bantuan memasak.. ataupun mengapa kita harus malu mendatangi tukang jahit saat menjahit baju.. ataupun mengapa kita harus malu mendatangi arsitek untuk membantu membangunkan rumah kita?


Maka jangan sampai malu tersebut hanya menjadi kamuflase sebuah kebodohan.


Sayangilah jiwamu.. berikan yang terbaik untuknya..



Love,


Your Psychologist (@vitajafar)


19 views0 comments

Comments


bottom of page